Nematoda
usus banyak ditemukan di daerah tropis termasuk Indonesia dan tersebar di
seluruh dunia. Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar
nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia.
Diantara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah
yang tercemar oleh cacing. Infeksi cacing menyerang semua golongan umur
terutama anak-anak dan balita. Apabila infeksi cacing yang terjadi pada
anak-anak dan balita maka dapat mengganggu tumbuh kembang anak, sedangkan jika
infeksi terjadi pada orang dewasa dapat menurunkan produktivitas kerja.
Diantara cacing usus yang menjadi masalah kesehatan adalah kelompok “soil
transmitted helminth” atau cacing yang ditularkan melalui tanah, seperti Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura dan Ancylostoma sp
(cacing tambang).
Manusia merupakan hospes beberapa
nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia.
Berdasarkan cara penyebaran,
nematoda usus dibagi kedalam dua kelompok, yaitu nematoda usus yang ditularkan
melalui tanah soil transmitted heminths
yaitu kelompok cacing nematoda yang membutuhkan tanah untuk pematangan dari
bentuk non-infektif menjadi bentuk infektif.
Di antara nematoda usus terdapat
sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah dan disebut “soil transmitted heminths” yang
terpenting bagi manusia adalah sebagai berikut :
1.
Ascaris lumbricoides
Distribusi georafik : Kosmopolit
2.
Necator americanus
Distribusi geografik : Daerah khatulistiwa, daerah pertambangan,
perkebunan
3.
Ancylostoma duodenale
Distribusi geografik : Daerah khatulistiwa, daerah pertambangan,
perkebunan
4.
Trichuris trichiura
Distribusi geografik : Kosmopolit (daerah panas dan lembab)
5.
Strongyloides stercoralis
Distribusi geografik : Daerah subtropik dan tropik
6.
Trichostrongylus. (beberapa jenisnya)
Distribusi geografik : Kosmopolit (terutama daerah subtropik dan
tropik)
Kelompok
lainnya yaitu nematoda usus yang tidak membutuhkan tanah dalam siklus hidupnya,
yaitu spesies
1.
Enterobius vermicularis
Distribusi geografik : Kosmopolit (lebih banyak di daerah dingin)
2.
Trichinella spiralis
Distribusi geografik : Kosmopolit (lebih banyak di negara pemakan
sosis dari daging babi
3.
Capillaria philippinensis
Distribusi geografik : Filipina dan Thailand (terutama penduduk
yang makan ikan mentah)
Ascaris lumbricoides
. Klasifikasi
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Secernentea
Ordo : Ascaridida
Famili : Ascarididae
Genus : Ascaris
Species : Ascaris lumbricoides
Di negara Indonesia prevalensi
penyakit askariasis tinggi, terutama terjadi pada anak.Frekuensinya 60-70%.Penyakit
askariasis ini terjadi akibat kurangnya pemakaian jamban keluarga sehingga
menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah
pohon, di tempat mencuci dan di tempat pembuangan sampah.Di negara-negara
tertentu terdapat kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk.
Tanah
liat, kelembapan tinggi dan suhu 25-30°C merupakan
kondisi yang sangat baik untuk berkembangnya telur Ascaris Lumbricoides menjadi bentuk yang infektif.
Telur
yang dibuahi berkembang menjadi bentuk yang
infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif tersebut bila
tertelan oleh manusia, akan menetas dalam usus halus. Larvanya menembus dinding
dari usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu di alirkan ke
jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru.
Larva
di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga
alveolus, kemudia naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea
larva menuju faring, sehingga menimbulkan rangsangan terhadap faring. Hal ini
menyebabkan penderita batuk karena rangsangan tersebut dan larva akan tertelan
ke dalam oesophagus lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah
menjadi cacing dewasa.Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur
diperlukan waktu kurang lebih 2-3 minggu.
Gejala yang timbul pada manusia
disebabkan oleh cacing dewasa dan larva. Gangguan karena larva biasanya terjadi
pada saat berada di paru-paru. Pada orang yang rentan terjadi pendarahan ringan
di dinding alveolus disertai batuk, demam, dan eusinofilia. Pada foto toraks
tampak infiltrat yang menghilang dalam waktu tiga minggu. Keadaan tersebut
disebut sindrom Loeffler. Gangguan yang disebabkan cacing dewasa menyebabkan
penderita terkadang mengalami gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan
berkurang, diare atau konstipasi.
Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga
memeperberat keadaan malnutrisi dan penurunan status kognitif pada anak. Efek
yang serius terjadi bila cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi
obstruksi usus (ileus). Pada keadaan tertentu cacing dewasa mengembara ke
saluran empedu, apendik, atau ke bronkus dan menimbulkan keadaan gawat darurat
sehingga kadang-kadang perlu tindakan kooperatif.
Pencegahan :
- Hendaknya pembuangan faesces d tempat pembuangan yang semestinya ( WC )
- Pemberantasan infeksi melalui sanitasi lingkungan
- Menjaga kebersihan diri
- Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk kecuali sudah di campur dengan zat kimia
- Menghindarkan diri dari kemungkinan terjadinya sumber infeksi
-
Memberikan penyuluhan kepada masysrakat dan disekolah - sekolah.DAFTAR PUSTAKANatadisastra D. Agoes R. Parasitologi Kedokteran. 2009. Jakarta. Penerbit: Buku kedokteran EGCSutanto Inge, Ismid Suhariah Is, Sjarifuddin K. Pudji, Sungkar Saleha. Buku ajar parasitologi kedokteran. Edisi keempat. 2008. Jakarta. Penerbit :Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar