Jumat, 02 Mei 2014

Tugas 2 : Nematoda usus ( Ascaris lumbricoides )



Nematoda usus banyak ditemukan di daerah tropis termasuk Indonesia dan tersebar di seluruh dunia. Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan bagi  masyarakat Indonesia. Diantara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah yang tercemar oleh cacing. Infeksi cacing menyerang semua golongan umur terutama anak-anak dan balita. Apabila infeksi cacing yang terjadi pada anak-anak dan balita maka dapat mengganggu tumbuh kembang anak, sedangkan jika infeksi terjadi pada orang dewasa dapat menurunkan produktivitas kerja. Diantara cacing usus yang menjadi masalah kesehatan adalah kelompok “soil transmitted helminth” atau cacing yang ditularkan melalui tanah, seperti Ascaris lumbricoides, Trichuris  trichiura dan Ancylostoma sp (cacing tambang).


Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Berdasarkan cara penyebaran, nematoda usus dibagi kedalam dua kelompok, yaitu nematoda usus yang ditularkan melalui tanah soil transmitted heminths yaitu kelompok cacing nematoda yang membutuhkan tanah untuk pematangan dari bentuk non-infektif menjadi bentuk infektif.
Di antara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah dan disebut “soil transmitted heminths” yang terpenting bagi manusia adalah sebagai berikut :
1.      Ascaris lumbricoides
Distribusi georafik      : Kosmopolit
2.      Necator americanus
Distribusi geografik    : Daerah khatulistiwa, daerah pertambangan, perkebunan
3.      Ancylostoma duodenale
Distribusi geografik    : Daerah khatulistiwa, daerah pertambangan, perkebunan
4.      Trichuris trichiura
Distribusi geografik    : Kosmopolit (daerah panas dan lembab)
5.      Strongyloides stercoralis
Distribusi geografik    : Daerah subtropik dan tropik
6.      Trichostrongylus. (beberapa jenisnya)
Distribusi geografik    : Kosmopolit (terutama daerah subtropik dan tropik)
            Kelompok lainnya yaitu nematoda usus yang tidak membutuhkan tanah dalam siklus hidupnya, yaitu spesies
1.      Enterobius vermicularis
Distribusi geografik    : Kosmopolit (lebih banyak di daerah dingin)
2.      Trichinella spiralis
Distribusi geografik    : Kosmopolit (lebih banyak di negara pemakan sosis dari daging babi
3.      Capillaria philippinensis
Distribusi geografik    : Filipina dan Thailand (terutama penduduk yang makan ikan mentah)


Ascaris lumbricoides
. Klasifikasi
Phylum      :           Nemathelminthes
Class          :           Nematoda
Subclass    :           Secernentea
Ordo          :           Ascaridida
Famili        :           Ascarididae
Genus        :           Ascaris
Species      :           Ascaris lumbricoides



Di negara Indonesia prevalensi penyakit askariasis tinggi, terutama terjadi pada anak.Frekuensinya 60-70%.Penyakit askariasis ini terjadi akibat kurangnya pemakaian jamban keluarga sehingga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah pohon, di tempat mencuci dan di tempat pembuangan sampah.Di negara-negara tertentu terdapat kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk.
     Tanah liat, kelembapan tinggi dan suhu 25-30°C merupakan kondisi yang sangat baik untuk berkembangnya telur Ascaris Lumbricoides menjadi bentuk yang infektif.
          Telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk  yang infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif tersebut bila tertelan oleh manusia, akan menetas dalam usus halus. Larvanya menembus dinding dari usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu di alirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru.
            Larva di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga alveolus, kemudia naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva menuju faring, sehingga menimbulkan rangsangan terhadap faring. Hal ini menyebabkan penderita batuk karena rangsangan tersebut dan larva akan tertelan ke dalam oesophagus lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa.Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2-3 minggu.


Gejala yang timbul pada manusia disebabkan oleh cacing dewasa dan larva. Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat berada di paru-paru. Pada orang yang rentan terjadi pendarahan ringan di dinding alveolus disertai batuk, demam, dan eusinofilia. Pada foto toraks tampak infiltrat yang menghilang dalam waktu tiga minggu. Keadaan tersebut disebut sindrom Loeffler. Gangguan yang disebabkan cacing dewasa menyebabkan penderita terkadang mengalami gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi.
Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga memeperberat keadaan malnutrisi dan penurunan status kognitif pada anak. Efek yang serius terjadi bila cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus). Pada keadaan tertentu cacing dewasa mengembara ke saluran empedu, apendik, atau ke bronkus dan menimbulkan keadaan gawat darurat sehingga kadang-kadang perlu tindakan kooperatif.



Pencegahan :
  1. Hendaknya pembuangan faesces d tempat pembuangan yang semestinya ( WC )
  2. Pemberantasan infeksi melalui sanitasi lingkungan
  3. Menjaga kebersihan diri
  4. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk kecuali sudah di campur dengan zat kimia
  5. Menghindarkan diri dari kemungkinan terjadinya sumber infeksi
  6. Memberikan penyuluhan kepada masysrakat dan disekolah - sekolah.


    DAFTAR PUSTAKA
    Natadisastra D. Agoes R. Parasitologi Kedokteran. 2009. Jakarta. Penerbit: Buku kedokteran EGC
    Sutanto Inge, Ismid Suhariah Is, Sjarifuddin K. Pudji, Sungkar Saleha. Buku ajar parasitologi kedokteran. Edisi keempat. 2008. Jakarta. Penerbit :Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia



0 komentar:

Posting Komentar