Protein, yang berarti “pertama” atau
“utama” merupakan makromolekul yang paling berlimpah didalam sel dan menyusun
lebih dari setengah berat kering pada
hampir semua organisme. Asam amino merupakan unit struktur protein. Struktur
protein ini terdiri dari polipeptida yang mempunyai rantai yang amat panjang,
tersusun atas banyak unit asam amino.
Protein adalah banyaknya residu asam
amino lebih besar dari sekitar 100 peptida (Wilbraham, 1992).Dengan pengertian
lain protein adalah senyawa polipeptida yang dihasilkan dari polimerisasi
asam-asam amino. Jumlah molekul asam amino yang menyusun satu molekul protein
berkisar dari 50-1000 unit. Struktur molekul protein tersusun dari asam-asam amino yang bergabung satu sama
lain melalui ikatan peptida.
Indonesia merupakan negara produsen
tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak
50% dari konsumsi kedelai Indonesia diperoleh dalam bentuk tempe. Konsumsi
tempe rata - rata pertahun di Indonesia saat ini sekitar 6,45 kg/orang.
Sebagai sumber bahan pangan,tempe
merupakan salah satu makanan pokok yang dibutuhkan oleh tubuh. Tempe merupakan
makanan sumber protein, serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari
kacang kedelai yang difermentasi. Masyarakat luas menjadikan tempe sebagai
sumber protein nabati, selain itu harganya juga murah.
Protein
kedelai mengandung 18 asam amino, yaitu 9 jenis asam amino esensial dan 9 jenis
asam amino nonesensial. Asam amino esensial meliputi sistin, isoleusin, leusin,
lisin, metionin, fenil alanin, treonin, triptofan dan valin. Asam amino
nonesensial meliputi alanin, glisin, arginin, histidin, prolin, tirosin, asam
aspartat dan asam glutamat.
kadar
protein pada tempe cukup tinggi yaitu 41,5 % dan telah memenuhi syarat mutu
tempe kedelai yaitu minimal 20% (b/b). Tempe juga memiliki kandungan air yang
cukup tinggi yaitu 61,2% dan kandungan karbohidratnya sebesar 29,6%. Menurut
Standar Nasional Indonesia 01-3144 - 1992, tempe kedelai adalah produk makanan
hasil fermentasi biji kedelai oleh kapang tertentu, berbentuk padatan kompak
dan berbau khas serta berwarna putih atau sedikit keabu - abuan.
A. CIRI
DAN JENIS PROTEIN
1. Ciri
Protein :
a) Berat
moleklnya besar, ribuan sampai jutaan, sehingga
protein tergolong ke dalam suatu makromolekul.
b) Umumnya
terdiri atas 20 asam amino. Asam amino tersebut dapat membantuk suatu ikatan
peptida secara kovalen. Ikatan peptida ini dihasilkan dari ikatan yang dibentuk
oleh beberapa asam amino. Ikatan ini terjadi antara gugus α-karboksil dari satu
asam amino dengan gugus α-amino dari asam amino yang lainnya.
c) Terdapatnya ikatan kimia lain, yang
menyebabkan terbentuknya lengkungan-lengkungan rantai polipeptida menjadi
stuktur tiga dimensi protein. Contohnya seperti ikatan hidrogen, ikatan Van Der
Waals, dan ikatan hidrofob (ikatan polar).
d) Stukturnya tidak stabil terhadap beberapa
faktor seperti pH, radiasi , temperatur, dan medium pelarut organik. pH yang
sangat tinggi (asam atau basa), radiasi yang sangat besar, dan suhu yang sangat
tinggi dapat merusak struktur dari protein tersebut sehingga menyebabkan
protein tersebut tidak bermanfaat lagi.
e) Umumnya
reaktif dan sangat spesifik.
Hal tersebut disebabkan oleh adanya gugus samping yang
sangat reaktif dan memiliki susunan yang khas pada struktur makromolekunya.
Gugus samping yang terikat pada protein seperti gugus kation, anion, hidroksil
aromatik, amina, amida, tiol, dan gugus heterosiklik. Asam amino dapat diklasifikasikan
ke dalam 4 golongan yaitu asam amino tak mengutub (non polar), asam amino
mengutub (polar) tak bermuatan, asam amino bermuatan positif, dan asam amino
bermuatan negatif. Rumus umum dari asam amino yaitu :
2. Jenis
– jenis Protein
a) Kolagen
protein
struktur yang diperlukan untuk membentuk kulit, tulang dan ikatan tisu.
b) Antibodi
protein
sistem pertahanan yang melindungi badan daripada serangan penyakit.
c) Dismutase
superoxide
protein yang membersihkan darah kita.
d) Ovulbumin
protein
simpanan yang memelihara badan.
e) Hemoglobin
protein
yang berfungsi sebagai pembawa oksigen
f) Toksin
protein
racun yang digunakan untuk membunuh kuman.
g) Insulin
protein
hormon
yang mengawal arus glukosa dalam darah.
h) Tripsin
protein
yang mencernakan makanan protein.
SIFAT
LARUTAN PROTEIN
Dalam
larutan protein bersifat asam basa. sebagian besar sifat tersebut ditentukan
oleh gugus R asam aminonya yang dapat berionisasi. Gugus NH2 dan COOH yang
terdapat pada kedua ujung rantai polipeptida sedikit sekali menunjang sifat
asam-basa protein tersebut. Karena perbedaan macam protein ditentukan oleh
urutan asam amino dan konformasi polipeptidanya, maka kemungkinan ionisasi
gugus R itu dipengaruhi oleh gugus tetangganya.
Seperti
pada asam amoni bebas, protein juga mempunyai titik isoelektrik, yaitu pada pH
yang menunjukkan jumlah muatan positif dan negatif sama dalam protein itu,
sehingga pada keadaan ini daya larut protein minimum. Pada pH ini protein tidak
akan bergerak bila diletakkan dalam medan listrik, pH isoelektriknya ditentukan
oleh jumlah dan pK gugus R yang berionisasi. Dalam larutan yang pH nya diatas
pH isoelektrik. Protein bermuatan negatif dan kanan bergerak ke anoda, pada pH
sebaliknya protein bergerak ke katoda.
PEMISAHAN
PROTEIN
Pemisahan
protein dari campuran yang terdiri dari atas berbagai macam sifat asam-basa,
umuran dan bentuk protein, dapat dilakukan dengan cara eletroforesis,
kromatografi, pengendapan dan perbedaan kelarutannya.
o Elektroforesis
Cara ini didasarkan pada kecepatan
bergerak yang berbeda-beda dari protein dalam medan listrik, pada pH tertentu.
Cara in pertama kali dilakukan oleh Arne Tiselius pada tahun 1973.
o Kromatografi
Penentuan
dan pemisahan campuran protein dengan cara kromatografi dilakukan berdasarkan
prinsip yang sama seperti untuk pemisahan dan analisa asam amino.
o Pengendapan protein sebagai garam
Sebagian
besar protein dapat diendapkan dari larutan air dengan penambahan asam
tertentu, seperti misalnya, asam triklorasetat dan asam perklorat. Penambahan
asam ini menyebabkan terbentuknya garam protein yang tidak larut. Zat pengendap
lainnya adalah asam tungstat, fototungstat, dan metafosat. Protein juga dapat
diendapkan dengan kation tertentu seperti Zn2+ dan Pb2+.
o Pengendapan dengan cara perbedaan kelrutan
Berbagai
protein globular mempunyai daya kelarutan yang berbeda di dalam air. Variabel
yang mempengaruhi kelarutan ini adalah pH, kekuatan ion, sifat dielketrik
pelarut dan temperatur.
Pemisahan
protein dari campuran dengan pengaturan pH didasarkan pada harga pH isoelektrik
yang berbeda-beda untuk tiap macam protein. Pada umumnya molekul protein
mempunyai daya kelarutan minimum pada pH isoelektriknya. Pada Ph isoelektriknya
bebrapa protein akan mengendap dari larutan, sehingga dengan cara pengaturan pH
larutan, masing-masing protein dalam campuran dapat dipisahkan satu dari yang
lainnya dengan teknik yang disebut pengendapan isoelektrik.
D. DENATURASI
PROTEIN
Denaturasi protein dapat diartikan suatu
perubahan atau modifikasi terhadap struktur sekunder, tertier dan kuartener
molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovelen. Karena itu,
denaturasi dapat diartikan suatu proses terpecahnya ikatan hydrogen, interaksi
hidrofobik, ikatan garam dan aterbukanya lipatan atau wiru molekul protein
(Winarno, 1992).
Protein yang terdenaturasi akan
berkurang kelarutannya. Lapisan molekul bagian dalam yang ersifat hidrofobik
akan keluar sedangkan bagian hidrofilik akan terlipat ke dalam. Pelipatan atau
pembakikkan akan terjadi bila protein mendekati pH isoelektris lalu protein
akan menggumpal dan mengendap. Viskositas akan bertambah karena molekul
mengembang menjadi asimetrik, sudut putaran optis larutan protein juga akan
meningkat (Winarno, 1992).
Denaturasi protein meliputi
gangguan dan kerusakan yang mungkin terjadi pada struktur sekunder dan tersier
protein. Sejak diketahui reaksi denaturasi tidak cukup kuat untuk memutuskan
ikatan peptida, dimana struktur primer protein tetap sama setelah proses
denaturasi. Denaturasi terjadi karena adanya gangguan pada struktur sekunder
dan tersier protein. Pada struktur protein tersier terdapat empat jenis
interaksi yang membentuk ikatan pada rantai samping seperti; ikatan hidrogen,
jembatan garam, ikatan disulfida dan interaksi hidrofobik non polar, yang
kemungkinan mengalami gangguan. Denaturasi yang umum ditemui adalah proses
presipitasi dan koagulasi protein (Ophart, C.E., 2003).
Denaturasi
protein dapat terjadi karena panas. Panas dapat digunakan untuk mengacaukan
ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik non polar.
Hal
ini terjadi karena suhu tinggi dapat meningkatkan energi kinetik dan
menyebabkan molekul penyusun protein bergerak atau bergetar sangat cepat
sehingga mengacaukan ikatan molekul tersebut. Protein telur mengalami
denaturasi dan terkoagulasi selama pemasakan.
Beberapa
makanan dimasak untuk mendenaturasi protein yang dikandung supaya memudahkan
enzim pencernaan dalam mencerna protein tersebut.Pemanasan akan membuat protein
bahan terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi
karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang
ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang
berupa ikatan peptida. Proses ini biasanya berlangsung pada kisaran suhu yang
sempit (Ophart, C.E., 2003).
E. FUNGSI
BIOLOGI PROTEIN
o Enzim
Protein
yang paling bervariasi dan mempunyai kekhususan tinggi adalah protein yang
mempunyai aktivitas katalisa, yakni enzim. Hamper semua reaksi kimia biomolekul
organic di dalam sel dikatalisa oleh enzim. Lebih dari 2000 jenis enzim,
masing-masing dapat mengkatalisa reaksi kimia yang berbeda, telah ditemukan di
dalam berbagai bentuk kehidupan.
o Protein Transport
Protein transport di dalam plasma darah
mengikat dan membawa molekul atau ion spesifik dari satu organ ke organ lain
Disini oksigen dilepaskan untuk melangsungkan oksidasi nutrient yang
menghasilkan energi. Plasma darah mengandung lipoprotein, yang membawa lipid
dari hati ke organ yang lain. Protein transport lain terdapat di dalam membrane
sel dan menyesuaikan strukturnya untuk mengikat dan membawa glukosa, asam
amino, dan nutrient lain membrane menuju ke dalam sel.
o Protein Nutrien dan Penyimpan
Biji
berbagai tumbuhan menyimpan protein nutrient yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
embrio tanaman. Terutama, contoh yang telah dikenal adalah protein biji dari
gandum, jagung, dan beras. Ovalbumin protein utama putih telur, dan kasein
protein utama susu merupakan contoh lain dari protein nutrient. Ferritin
jaringan hewan merupakan protein penyimpan besi.
o Protein Kontraktil atau Motil
Beberapa
protein memberikan kemampuan kepada sel dan organisme untuk berkontraksi,
mengubah bentuk, atau bergerak. Aktin dan miosin adalah protein filamen yang
berfungsi di dalam sistem kontraktil otot kerangka dan juga di dalam banyak sel
bukan otot. Contoh lain adalah tubulin, protein pembentuk mikrotubul.
Mikrotubul merupakan komponen penting dari flagella dan silia yang dapat
menggerakkan sel.
o Protein Struktural
Banyak
protein yang berperan sebagai filamen, kabel, atau lembaran penyanggah untuk
memberikan struktur biologi kekuatan atau proteksi. Komponen utama dari urat
dan tulang rawan adalah protein serabut kolagen, yang mempunyai daya tenggang
yang amat tinggi.
o Protein Pertahanan
Banyak
protein mempertahankan organisme dalam melawan serangan oleh spesies lain atau
melindungi organisme tersebut dari luka. Immunoglobulin atau anti-body pada
vertebrata adalah protein khusus yang dibuat oleh limposit yang dapat
m,engenali dan mengendapakan atau menetralkan serangan bakteri, virus, atau
protein asing dari spesies lain. Fibrinogen dan trombin, merupakan protein
penggumpal darah yang menjaga kehilangan darah jika sistem pembuluh terluka.
Bisa ular, toksin bakteri, dan protein tumbuhan beracun, seperti risin, juga
berfungsi di dalam pertahanan tubuh.
o Protein Pengatur
Beberapa
protein membantu aktivitas seluler. Diantara jenis ini terdapat sejumlah
hormone seperti insulin, yang mengatur metabolisme gula dan kekurangannya
menyebabkan penyakit diabetes. Hormone pertumbuhan dari pituary dan hormone
paratiroid, yang mengatur transport Ca2+ dan fosfat. Protein pengatur lain,
yang disebut repressor mengatur
biosintesa enzim oleh sel bakteri.
o Protein lain
Terdapat banyak protein yang fungsinya
agak eksotik dan tidak mudah diklasifikasikan. Monelin, suatu protein tanaman
dari afrika yang mempunyai rasa yang amat manis.
Protein dapat dibagi menjadi dua
golongan utama berdasarkan bentuk dan sifat-sifat fisik tertentu; protein
globular dan protein serabut. Pada protein globular rantai atau rantai-rantai
polipeptida berlipat rapat-rapat menjadi bentuk globular atau bulat yang padat.
Protein globular biasanya larut di dalam system larutan (air) dan segera berdifusi ; hampir semua
mempunyai fungsi gerak atau dinamik. Hampir semua enzim merupakan protein
globular, seperti protein transport pada darah, anti-bodi, dan protein
penyimpan nutrient.
Protein
serabut bersifat tidak larut di dalam air, merupakan molekul serabut panjang,
dengan rantai polipeptida yang memanjang pada satu sumbu, dan tidak berlipat
menjadi bentuk globular. Hamper semua protein serabut memberikan peranan
structural atau pelindung. Protein serabut yang khas adalah α-keratin pada
rambut dan wol, fibroin dari sutera dan kolagen dari urat.
o Protein Imun
Antibodi
merupakan protein yang sangat spesifik dan dapat mengenal serta berkombinasi
dengan benda asing seperti virus, bakteri dan sel dari organisme lain.
o Pembangkit dan Pengantar Implus Saraf
Respon
sel saraf terhadap rangsangan spesifik diperantarai oleh protein reseptor.
Misalnya redopsin adalah protein yng sensitif terhadap cahaya yang ditemukan
pada sel batang retina.
I.
UJI KUALITATIF
1. Reaksi
Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro
dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan
protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh
pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena
terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna.
CARA KERJA :
2 ml ekstrak kedelai + 1ml HgSO4
(dipanaskankemudian didinginkan) + 1 tetes NaNO2 1% (dipanaskan lagi), amati perubahan yang terjadi
HASIL :
Terbentuk endapan merah
2. Reaksi
Xantoprotein
Uji xantoproteat akan menghasilkan warna
orange pada reaksi yang menghasilkan turunan benzena dengan penambahan basa.
Uji xantoproteat digunakan untuk asam amino yang mengandung inti benzena
(Harper 1980).
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan
dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapan
putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi
ialah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Reaksi ini
positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilalanin dan triptofan.
CARA
KERJA :
3
ml kedelai + 1ml HNO3 pekat (dipanaskan kemudian
didinginkan) + NaOH pekat
HASIL : Pemberian HNO3 dan dipanaskan = kuning
Setelah
diberi NaOH =
jingga
3. Metode Biuret
Larutan protein dibuat alkalis dengan
NaOH kemudian ditambahkan larutan CuSO4 encer. Uji ini untuk menunjukkan adanya
senyawa - senyawa yang mengandung gugus amida asam yang berada bersama gugus
amida yang lain. Uji ini memberikan reaksi positif yaitu ditandai dengan
timbulnya warna merah violet atau biru violet.
CARA
KERJA :
3
ml ekstrak kacang kedelai + 1ml NaOH 40% (tambahkan tetes demi tetes CuSO4)
HASIL :
Larutan berwarna ungu
II.
UJI KUANTITATIF
1. Metode
Kjeldahl
Metode
ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam
amino, protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan
asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan
menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan alkali dengan kuat, amonia yang
terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan
ditetapkan secara titrasi.
PENETAPAN
KADAR :
1) Timbang
1 g bahan yang telah dihaluskan, masukkan dalam labu Kjeldahl (kalau kandungan
protein tinggi, misal kedelai gunakan bahan kurang dari 1 g).
2) Kemudian
ditambahkan 7,5 g kalium sulfat dan 0,35 g raksa (II) oksida dan 15 ml asam
sulfat pekat.
3) Panaskan
semua bahan dalam labu Kjeldahl dalam lemari asam sampai berhenti berasap dan
teruskan pemanasan sampai mendidih dan cairan sudah menjadi jernih. Tambahkan
pemanasan kurang lebih 30 menit, matikan pemanasan dan biarkan sampai dingin.
4) Selanjutnya
tambahkan 100 ml aquadest dalam labu Kjeldahl yang didinginkan dalam air es dan
beberapa lempeng Zn, tambahkan 15 ml larutan kalium sulfat 4% (dalam air) dan
akhirnya tambahkan perlahan-lahan larutan natrium hidroksida 50% sebanyak 50 ml
yang telah didinginkan dalam lemari es.
5) Pasanglah
labu Kjeldahl dengan segera pada alat destilasi. Panaskan labu Kjeldahl
perlahan-lahan sampai dua lapis cairan tercampur, kemudian panaskan dengan
cepat sampai mendidih.
6) Destilasi
ditampung dalam Erlenmeyer yang telah diisi dengan larutan baku asam klorida
0,1N sebanyak 50 ml dan indicator merah metil 0,1% b/v (dalam etanol 95%)
sebanyak 5 tetes, ujung pipa kaca destilator dipastikan masuk ke dalam larutan
asam klorida 0,1N.
7) Proses
destilasi selesai jika destilat yang ditampung lebih kurang 75 ml. Sisa larutan
asam klorida 0,1N yang tidak bereaksi dengan destilat dititrasi dengan larutan
baku natrium hidroksida 0,1N. Titik akhir titrasi tercapai jika terjadi
perubahan warna larutan dari merah menjadi kuning.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Lehninger.1982.
Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta :
Erlangga.
Ø Pudjiadi,
Anna.1994. Dasar-Dasar Biokimia.
Jakarta : UI.
Ø Arbianto,
Purwo.1993. Biokimia Konsep-Konsep Dasar.
Bandung : ITB.
Ø Agustini
SKM., M.Si, Ni Putu, 2010. Penuntun Ilmu Kimia Pangan.
Ø Wirahadikusumah,
Muhammad. 1997. Biokimia: protein, enzim, dan asam. Bandung: ITB.
Ø Winarno,
F. G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia
Ø Sudarmaji,
S, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Ø Wilbraham,Antony
c. 1989. Pengantar Kimia Organik dan
hayati.Bandung: ITB.
0 komentar:
Posting Komentar